21.2.22

IKHLAS

Puisi Akhmad Muhaimin Azzet

apalah jadinya bila jasad tanpa ruh
selesai sudah harapan-harapan
yang terbujur pun mesti dikuburkan

demikian ikhlas bagi setiap kelakuan
tanpa adanya, jadilah tanpa nyawa
jangan lagi tanya hendak ke mana

maka sia-sia sudah jauh melangkah
alangkah sedihnya, duhai
menangis berkepanjangan tiada guna

sebaliknya jiwa yang tulus mencinta
lihatlah betapa bercahaya
maka segera, duhai, semoga, semoga

(Dipuisikan dari Al-Hikam, Syekh Ibnu Atha’illah as-Sakandari, bait ke-10)

9 komentar:

  1. Masyaallah, merinding membacanya, Mas Muhaimin. Selamat istirahat.

    BalasHapus
  2. subhanalloh...bahasanya sungguh indah...penginterpretasian iklas yang sesungguhnya

    dalam jasad yang masih hidup sejatinya jiwa harus terisi supaya hidup ini penuh dengan warna. Terima kasih atas remindernya Mas. Salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillaah..., terima kasih juga atas hadirnya ya. Semoga senantiasa dalam rahmat-Nya.

      Hapus
  3. Tentang keikhlasan memang ga mudah direalisasaikan dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya pamrih walaupun sedikit. Tapi kita bisa terus belajar supaya jadi manusia yang bisa ikhlas dalam segala hal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, Mbak Nurul Sufitri. Terima kasih banyak ya. Semoga sehat selalu.

      Hapus
  4. Ikhlas, susah buat dijalanin, tapi bukan berarti ngga bisa ya Pak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Teh Dey. Terima kasih banyak ya. Semoga sehat selalu.

      Hapus
  5. ikhlas...ibarat semut hitam atas batu di malam hari

    BalasHapus